Sekolah Dasar

Di halaman ini kamu akan mendapatkan banyak materi Sekolah Dasar

Sekolah Menengah Pertama

Di halaman ini kamu akan mendapatkan banyak materi Sekolah Menengah Pertama

Sekolah Menengah Atas

Di halaman ini kamu akan mendapatkan banyak materi Sekolah Menengah Atas

Materi Umum

Di halaman ini kamu akan mendapatkan banyak Pengetahuan Umum

Kelas Online

Jika kamu membutuhkan bimbingan untuk belajar online, kamu bisa gabung di kelas online.

Senin, 29 September 2025

Sosialisasi

A. Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi dapar diartikan sebagai proses belajar individu untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai sosial sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau perilaku masyarakatnya.

Beli Via Shopee

Dalam KBBI, sosialisasi diartikan sebagai suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya. 

Sosialisasi juga dapar diartikan sebagai suatu proses sosial yang terjadi bila seorang individu menghayati dan melaksanakan norma-norma kelompok tempat ia hidup sehingga akan merasa jadi bagian dari kelompoknya.

Dengan pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa: 

  • Sosialisasi ditempuh oleh seorang individu melalui proses belajar untuk memahami, menghayati, menyesuaikan dan melaksanakan suatu tindakan sosial yang sesuai dengan pola perilaku masyarakatnya.
  • Sosialisasi ditempuh oleh seorang individu secara bertahap dan berkesinambungan sejak ia lahir hingga akhir hayatnya,
  • Sosialisasi erat kaitannya dengan enkulturasi atau proses pembudayaan.
  • Sosialisasi merupakan suatu proses sosial tempat seseorang mendapatkan pembentukann sikap untuk berperilaku sesuai dengan perilaku kelompoknya.

B. Media atau Agen Sosialisasi

Media atau agen sosialisasi sangat berperan dalam pembentukan kepribadian seseorang. Agen sosialisasi terdiri dari:
1. Keluarga
Keluarga merupakan media awal dalam proses sosialisasi. Orang tua sangat mempunyai peranan penting dalam lingkungan keluarga. Peran orang tua meliputi:
  • memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar sehingga anak tidak merasa tertekan.
  • mendorong agar anak dapat membedakan mana perilaku benar dan salah, baik dan buruk, pantas dan tidak pantas.
  • memberikan contoh perilaku yang baik dan pantas bagi anak-anaknya.
Apabila peranan orang tua gagal, maka akan menimbulkan masalah baru, yang disebabkan oleh:
  • orang tua kurang memerhatikan anak-anaknya, karena terlalu sibuk.
  • orang tua terlalu memaksakan kehendak dan gagasannya kepada anak dengan ancaman/sanksi.
Dalam keluarga terdapat dua macam sosialisasi, yaitu:
a. Sosialisasi represif. Ciri-cirinya: menghukum perilaku yang keliru, hukuman dan imbalan material, kepatuhan anak, komunikasi sebagai perintah, komunikasi nonverbal, sosialisasi berpusat kepada orang tua, memerhatikan keinginan orang tua, dan keluarga merupakan dominasi orang tua.
b. Sosialisasi partisipasi. Ciri-cirinya: memberikan imbalan bagi perilaku yang baik, hukuman dan imbalan simbolis, otonomi anak, komunikasi sebagai interaksi, komunikasi verbal, sosialisais berpusat pada anak, orang tua memerhatikan keinginan anak, keluarga merupakan kerjasama ke arah tujuan (generalized order).

Keseluruhan ssistem belajar-mengajar sebagai bentuk sosialisasi dalam keluarga disebut sistem pendidikan keluarga. Sistem ini dilaksanakan melalui pola asuh, yaitu suatu pola untuk menjaga, merawat, dan membesarkan anak. Pola asuh dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh sistem nilai, norma dan adat istiadat yang berlaku pada masyarakat setempat.

2. Kelompok Bermain
Kelompok bermain (peer group) mencakup teman-teman tetangga, keluarga dan kerabat. Kelompok bermain memiliki peranan yang positif bagi perkembangan anak, antara lain:
a. Rasa aman dan rasa dianggap penting dalam kelompok akan sangat berguna bagi perkembangan jiwa anak.
b. Perkembangan kemandirian remaha tumbuh dengan baik dalam kelompoknya.
c. Remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran emosinya (rasa kecewa, takut, khawatir, dll).
d. Remaja dapat mengembangkan berbagai keterampilan sosialnya.
e. Dapat mendorong remaja untuk bersikap lebih dewasa dalam kelompoknya.


3. Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah, seseorang mempelajari hal-hal baru yang belum pernah mereka temukan sebelumnya. Pendidikan formal mempersiapkan seseorang untuk menguasai peranan-peranan baru di kemudian hari, ketika ia sudah tidak bergantung lagi kepada orang tuanya.
Menurut Horton, fungsi nyata dari pendidikan antara lain:
  • sebagai modal penting dalam menentukan mata pencaharian
  • dapat mengembangkan potensi diri demi memnuhi kebutuhan pribadi dan masyarakat
  • melestarikan kebudayaan dengan cara mewariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
  • menentukan kepribadian
4. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja memiliki peranan yang cukup besar dalam proses sosialisasi dan pembentukan pribadi seseorang. Pengaruh dari lingkungan kerja tersebut akan tertanam di dalam diri seseorang, dan sulit untuk diubah, apalagi jika ia bekerja cukup lama.

5. Media Massa
Media massa terdiri dari media cetak (surat kabar dan majalah) dan media elektronik (radio, televisi, dan internet). Media massa merupakan media sosialisasi yang berpengaruh besar terhadap masyarakat. Pesan yang disampaikan melalui media elektronik dapat mengarahkan masyarakat kepada perilaku prososial dan antisosial.
Iklan yang ditayangkan melalui media massa mempunyai potensi untuk mengubah pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat luas.

C. Bentuk-bentuk Sosialisasi

Peter L. Berger dan Luckmann membedakan sosialisasi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Sosialisasi Primer
Sosialisasi primer merupakan sosialisasi pertama yang dialami individu sejak kecil. Ia mulai mengenal lingkungan keluarganya, berlangsung sebelum anak memasuki lingkungan yang lebih luas, seperti lingkungan sekolah.
b. Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder merupakan lanjutan setelah sosialisasi primer. Dalam tahap ini dikenal adanya proses desosialisasi, yaitu proses pencabutan identitas diri yang lama dilanjutkan dengan resosialisasi, yaitu pemberian identitas baru yang didapat melalui institusi sosial.
Menurut Goffman (1961), kedua proses tersebut biasanya berlangsung dalam institusi total yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkungkung, dan diatur secara formal.

D. Tahap-tahap Sosialisasi

Pada proses sosialisasi, terdapat peran-peran yang harus dijalani oleh individu. Oleh karena itu, para sosiolog sering menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Dalam hal ini, Charles H. Cooley menekankan peranan interaksi dalam proses sosialisasi. Menurutnya, konsep diri (self concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain atau dikenal dengan istilah looking glass self.
Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain terbentuk melalui tiga tahap, yaitu sebagai berikut.
  1. Tahap memahami diri kita dari pandangan orang lain. Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas yang melebihi teman-temannya.
  2. Tahap merasakan adanya penilaian dari orang lain. Dengan pandangan bahwa si anak adalah yang paling hebat, ia merasa orang lain selalu memuji dia dan selalu percaya pada tindakannya.
  3. Tahap dampak dari penilaian tersebut terhadap dirinya. Dari pandangan dan penilaian bahwa ia adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri.
Adapun menurut George Herbert Mead, sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui beberapa tahapan berikut. 
  1. Tahap persiapan atau Preparatory stage. Sejak manusia dilahirkan kemudian tumbuh menjadi seorang anak, ia mulai mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini, anak-anak sudah mulai menirukan hal yang diketahui dari sekelilingnya meskipun belum sempurna.
  2. Tahap meniru atau Play stage. Pada tahap ini, seorang anak mulai menirukan dan mulai terbentuk pemahaman tentang sesuatu yang didapatkan dari sekelilingnya dengan semakin sempurna.
  3. Tahap siap bertindak atau Game stage. Proses meniru sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain semakin meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama dan bekerja sama dengan teman-temannya.
  4. Tahap penerimaan norma kolektif atau Generalized stage. Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Penempatan dirinya pada posisi masyarakat sudah semakin luas. Sikap toleransi, kerja sama, dan kesadaran akan peraturan dengan masyarakat yang lebih luas sudah semakin mantap. 

E. Faktor-faktor yang Memengaruhi Sosialisasi

Selain diperlukan adanya media, dalam sosialisasi juga terdapat faktor-faktor yang memengaruhinya, yaitu:
  1. Sifat dasar, merupakan sifat yang diturunkan oleh kedua orang tuanya.
  2. Lingkungan prenatal, merupakan kondisi ketika seseorang masih dalam kandungan ibunya. Pada saat ini akan terjadi hubungan psikologis yang sangat kuat antara ibu dan janin yang dikandungnya.
  3. Perbedaan perorangan, sebenarnya adalah perbedaan pribadi yang dalam hal ini setiap manusia memiliki perbedaan pada kepribadiannya.
  4. Lingkungan, dalam hal ini terdapat tiga lingkungan yang memengaruhi kepribadian seseorang yaitu lingkungan fisik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial.
  5. Motivasi, merupakan kekuatan dorongan pada diri seseorang untuk berbuat sesuatu. Makin besar dorongan dalam diri seseorang untuk bersosialisai, makin cepat terjadinya proses sosialisasi.

F. Nilai dan Norma Sosial dalam Proses Sosialisasi

Keberadaan nilai sosial memiliki fungsi yang sangat berperan dalam proses sosialisasi. Fungsi-fungsi tersebut antara lain sebagai berikut.
  1. Alat motivasi untuk memberi semangat pada manusia agar mewujudkan dirinya dalam perilaku sosial.
  2. Sarana untuk menetapkan harga sosial. Nilai-nilai sosial digunakan untuk mengukur penghargaan sosial yang patut diberikan kepada seseorang atau golongan.
  3. Petunjuk arah atau cara berpikir dan bertindak warga masyarakat secara umum diarahkan oleh nilai-nilai sosial yang berlaku.
  4. Alat solidaritas yang berfungsi mendorong masyarakat untuk saling bekerja sama untuk mencapai sesuatu yang tidak dicapat sendiri.
  5. Kontrol sosial terhadap nilai-nilai yang dapat menjadi acuan bagi setiap tindakan individu, serta itneraksi antaranggota masyarakat.

Minggu, 28 September 2025

Perubahan Sosial

Pengertian Perubahan Sosial

Perubahan adalah gejala sosial yang dialami setiap kalangan masyarakat. Masyarakat mempunyai kecenderungan agar semakin maju serta mengalami perkembangan, seiring kemajuan pola pikirnya terkait tingkat kemampuannya. Kecenderungan tersebut dipengaruhi sekali dengan faktor berikut:

  1. Rasa yang tidak puas dalam keadaan serta situasi.
  2. Adanya keinginan mengadakan perubahan.
  3. Sadar adanya kekurangan terhadap kebudayaan hingga berusaha menutupinya dengan adanya perbaikan.
  4. Adanya usaha masyarakat menyesuaikan diri terhadap keperluan, kondisi baru, serta keadaan.
  5. Banyaknya kesulitan dihadapi yang memungkinkan manusia terus berusaha agar bisa mengatasinya.
  6. Tingkat kebutuhannya semakin kompleks serta adanya keinginan agar dapat meningkatkan taraf hidup.
  7. Sikap dari kalangan masyarakat pada hal-hal baru.
  8. Sistem pendidikan bisa memberi nilai tertentu untuk manusia.
Di bawah ini adalah definisi perubahan sosial dari sudut pandang para ahli.
  1. Kingley Davis: perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada struktur serta fungsi masyarakat.
  2. Robert Mac Iver: perubahan sosial merupakan perubahan pada hubungan sosial maupun perubahan pada keseimbangan hubungan sosialnya.
  3. Samuel Koening: perubahan sosial ini menunjukkan terhadap modifikasi yang terjadi pada pola kehidupan manusia.
  4. J.P Gillin serta J.L. Gilling : perubahan sosial merupakan suaatu variasi cara hidup yang sudah diterima, baik disebabkan perubahan kondisi geografis, komposisi penduduk, kebudayaan materiil, serta ideologi.
  5. Hans Gart serta C. Wright Mills: perubahan sosial yaitu apapun yang terjadi baik kemunculan, kemunduran, maupun perkembangan pada kurun waktu pada lembanga, peran, maupun tatanan struktur sosial.

Sabtu, 27 September 2025

Bentuk-Bentuk Interaksi Asosiatif dan Disosiatif

A. Bentuk-bentuk Interaksi Asosiatif

Interaksi sosial asosiatif adalah bentuk interaksi sosial positif yang mengarah pada kesatuan dan kerjasama. Yang termasuk jenis interaksi sosial asosiatif adalah kerjasama, akomodasi, akulturasi, dan asimilasi.
1. Kerjasama
Kerjasama adalah suatu bentuk interaksi sosial di mana orang-orang atau kelompok-kelompok bekerja sama, saling tolong-menolong untuk mencapai tujuan bersama. 
Ada beberapa jenis kerjasama antara lain:
  • Kerukuran atau gotong royong, yakni bentuk kerja sama yang dilakukan secara sukarela demi mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berkaitan langsung dengan orang-orang yang terlibat dalam gotong royong.
  • Bargaining, yakni bentuk kerja sama berupa kegiatan perjanjian pertukaran barang ataupun jasa dua organisasi ataupun lebih.
  • Kooptasi, yaknti bentuk kerja sama berupa prosedur penerimaan unsur-unsur baru di kepemimpinan dan pelaksanaan ketatanegaraan organisasi guna menghindari adanya konflik.
  • Koalisi, yakni bentuk kerja sama berupa kombinasi dua organisasi atau lebih yang memiliki tujuan yang sama.
  • Joint-venture, yakni bentuk kerja sama dalam perusahaan proyek khusus, seperti pengeboran minyak dan perhotelan.
2. Akomodasi
Akomodasi adalah proses penyesuaian diri individu atau kelompok manusia sebagai upaya untuk mengatasi ketegangan. Tujuannya mengurangi perbedaan pandangan dan pertentangan politik serta untuk mencegah terjadinya konflik.
Berikut ini adalah bentuk-bentuk akomodasi beserta pengertian dan penjelesannya.
  • Koersi, yakni bentuk akomodasi yang berlangsung karena paksanaan kehendak suatu pihak terhadap pihak lain yang lemah dengan didominasi suatu kelompok atas kelompok lain.
  • Kompromi, yakni bentuk akomodasi di mana pihak-pihak terlibat perselisihan saling meredakan tuntutan sehingga tercapai suatu penyelesaian bersama dengan cara kompromi,
  • Arbitrase, yakni bentuk akomodasi yaang terjadi jika terdapat pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri, sehingga diundanglah kelompok ketiga yang tidak berat sebelah untuk mengusahakan penyelesaian. 
  • Mediasi, yakni bentuk akomodasi berupa upaya mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih untuk tercapainya suatu persetujuan bersama.
  • Toleransi, yakni benruk akomodasi tanpa adanya persetujuan resmi karena tanpa disadari dan direncanakan, adanya keinginan untuk menghindarkan diri dari perselisihan yang saling merugikan.
  • Stalemate, yakni bentuk akomodasi yang terjadi saat kelompok yang terlibat pertentangan memiliki kekuatan seimbang, sehingga konflik akan berhenti dengan sendirinya.
3. Akulturasi
Akulturasi adalah penerimaan unsur-unsur baru menjadi suatu kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur-unsur yang lama. Akulturasi merupakan hasil dari perpaduan dua kebudayaan dalam waktu lama. Contoh akulturasi misalnya musik Melayu bertemu dengan musik Portugis dibawa para penjajah sehingga menghasilkan jenis musik keroncong.

4. Asimilasi
Asimilasi adalah usaha-usaha untuk meredakan perbedaan antar individu atau antar kelompok guna mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Contoh asimilasi misalnya seni kaligrafi yang berasal dari Arab yang berkembang dalam kebudayaan Islam di Indonesia.

B. Bentuk Interaksi Sosial Disosiatif

Interaksi sosial disosiatif adalah bentuk interaksi yang lebih mengarah kepada konflik dan perpecahan, baik individu maupun kelompok. Yang termasuk jenis interaksi sosial disosiatif adalah:
1. Kompetisi
Kompetisi atau persaingan adalah bentuk interaksi sosial disosiatif dimana orang-orang atau kelompok-kelompok berlomba meraih tujuan yang sama. Persaingan dilakukan secara sportif sesuai aturan tanpa adanya benturan fisik antar pesertanya. Contoh: pertandingan tarik tambang antar warga di lingkungan desa.

2. Kontravensi
Kontravensi adalah bentuk interaksi sosial disosiatif berupa sikap menentang dengan tersembunyi agar tidak ada perselisihan atau konflik terbuka. Kontravensi merupakan proses sosial yang ditandai ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan yang tidak diungkapkan secara terbuka.
Terdapat 5 macam kontravensi yang ada, yaitu:
  • Kontravensi umum, seperti penolakan, keengganan, protes, perlawanan, gangguan, dan mengancam pihak lawan.
  • Kontravensi sederhana, seperti menyangkal pernyataan orang di depan umum. 
  • Kontravensi intensif, seperti penghasutan dan penyebaran desas-desus.
  • Kontravensi rahasia, seperti membocorkan rahasia atau berkhianat.
  • Kontravensi taktis, misalnya mengejutkan kelompok lawan provokasi dan intimadi.
3. Konflik Sosial
Konflik sosial atau pertikaian atau pertentangan, yakni interaksi sosial disosiatif yang terjadi karena peerbedaan paham dan kepentingan antar individu atau kelompok. Konflik ditandai dengan adanya ancaman, kekerasan dan konflik fisik antar pihak yang bertentangan. Contoh konflik sosial misalnya antara Israel dan Palestina dimana Israel terus-menerus menyerang Palestina untuk merebut daerahnya.
Adapun bentuk-bentuk konflik atau pertentangan antara lain:
  • Pertentangan pribadi: merupakan pertentangan yang terjadi antar individu, dengan latar belakang atau sebab yang bermacam-macam.
  • Pertentangan rasial: yakni pertentangan yang terjadi karena kepentingan kebudayaan. Kondisi bertambah buruk apabila terdapat salah satu ras yang menjadi golongan minoritas.
  • Pertentangan antarkelas sosial: yakni pertentangan yang terjadi karena ada perbedaan kepentingan, seperti perbedaan kepentingan antara majikan dan buruh.
  • Pertentangan politik: yakni pertentangan yang terjadi antara golongan pada masyarakat antara negara-negara berdaulat. Misalnya seperti pertentangan yang terjadi antar partai politik menjelang pemilu atau pertentangan antara negara.
  • Pertentangan yang bersifat internasional: adalah pertentangan yang disebabkan oleh kepentingan yang lebih luas menyangkut kepentingan nasional dan kedaulatan masing-masing negara. Apabila terdapat pihak yang tidak bisa mengendalikan diri, maka akan terjadi peperangan.

Kamis, 25 September 2025

Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok satu dengan kelompok lainnya. Interaksi sosial dapat terjadi dalam suasana persahabatan maupun permusuhan, bisa dengan kata-kata, jabat tangan dan bahasa isyarat. Interaksi sosial akan terjadi apabila membuhi dua syarat, yaitu Kontak dan Komunikasi.

a. Kontak Sosial
Kata 'kontak' berasal dari kata 'con' atau 'cum' (Bahasa Latin: bersama-sama) dan 'tango' (Bahasa Latin: menyentuh). Kontak dapat bersifat primer jika pihak-pihak yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan bertatap muka, misalnya apabila orang-orang tersebut berjabat tangan, saling senyum, dan seterusnya. Dan, kontak sekunder yaitu apabila kontak yang terjadi memerlukan perantara. Kontak sekunder ada dua jenis yaitu langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung terjadi apabila pihak-pihak yang mengadakan kontak dengan menggunakan perantara dapat berkomunikasi secara langsung. Contoh dalam hal ini adalah berkomunikasi secara langsung. Kontak sekunder tidak langsung terjadi manakala orang-orang saling berhubungan, tetapi tidak dapat secara langsung melakukan komunikasi. Contoh dalam hal ini adalah orang-orang yang berkomunikasi melalui surat.

b. Komunikasi
Komunikasi berasal dari kata 'communicare' (Bahasa Latin: berhubungan). Jadi, secara harfiah komunikasi adalah berhubungan atau bergaul dengan orang lain. Pada kontak sosial pengertiannya lebih ditekankan kepadda orang atau kelompok yang berinteraksi, sedangkan komunikasi lebih ditekankan kepada bagaimana pesannya itu diproses.

Komunikasi muncul setelah kontak berlangsung (ada kontak belum tentu terjadi komunikasi). Komunikasi memiliki maksud yang luas dibandingkan dengan kontak, karena komunikasi dapat memiliki dan menimbulkan beberapa penafsiran yang berbeda-beda. Seperti tersenyum dapat ditafsirkan sebagai peenghormatan atau ejekan terhadap seseorang.

2. Jenis-jenis Interaksi Sosial

Interaksi sosial dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok.

a. Interaksi Sosial, Individu dengan Individu
Dalam interaksi ini seorang individu akan membuat aksi kepada orang lain dengan tujuan orang lain memberikan reaksi atas aksi yang dilakukannya. Reaksi yang muncul dapat bersifat positif dan juga negatif. Reaksi dikatakan negatif jika reaksi yang terjadi mengarah kepada pertentangan atau konflik. Contohnya

b. Interaksi sosial, individu dengan individu
1) Seorang kakak mengajari adiknya belajar menggunakan sepeda motor.
2) Seorang peserta didik bertanya kepada guru tentang hasil Ujian Tengah Semester
3) Seorang dokter melayani konsultasi dengan pasien

c. Interaksi sosial, individu dengan kelompok
Dalam interaksi ini, seorang individu berinteraksi dengen kelompok. Contohnya
1) Guru yang sedang mengajarkan para peserta didik cara berpidato
2) Narasumber mengadakan tanya jawab dengan peserta kegiatan
3) Bupati memimpin rapat kerja dengan bahawannya

d. Interaksi sosial, kelompok dengan kelompok
Dalam interaksi ini, yang muncul adalah kepentingan kelompok, sehingga kepentingan individu-individu tidak muncul. Contohnya
1) Mahasiswa Jurusan Sosiologi & Antropologi UNY yang berkunjung di Kampus mahasiswa Jurusan Sosiologi & Antropologi UNNES
2) OSIS dengan Pramuka saling membantu dalam menyukseskan kegiatan tanam 1000 bibit

3. Ciri-ciri Interaksi Sosial

a. Pelakunya lebih dari satu orang
b. Ada komunikassi di antara pelaku melalui kontak sosial
c. Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan diperkirakan pelaku.
d. Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa datang) yang akan menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Interaksi Sosial

a. Imitasi
Imitasi adalah tindakan atau usaha untuk meniru orang lain sebagai tokoh idealnya. Imitasi cendderung tidak disadari dilakukan oleh seseorang. Imitasi pertama kali akan terjadi salam sosialisasi keluarga. Misalnya, seorang anak sering meniru kebiasaan orang tuanya seperti cara berbicara dan berpakaian.

b. Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi mengakibatkan terjadinya pengaruh yang lebih dalam dari sugesti dan imitasi karena identifikasi dilakukan secara sadar. Contoh identifikasi: seorang pengagum berat artis terkenal, ia sering mengidentifikasi dirinya menjadi artis idolanya dengan meniru model rambut, model pakaian, atau gaya dan menganggap dirinya sama dengan artis tersebut.

c. Sugesti
Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseoran gkepda orang lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang. 

d. Simpati
Simpati adalah suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada orang lain. Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang atau sekelompok orang atau lembaga formal pada saat-saat khusus. Contoh simpati adalah pada peringatan ulang tahun, pada saat lulus ujian, atau pada saat mencapai suatu prestasi.

e. Empati
Empati adalah kemampuan mengambil atau memainkaan peranan secara efektif dan seseorang atau orang lain dalam kondisi yang sebenar-benarnya, seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain tersebut seperti rasa senang, sakit, susah, dan bahagia. Empati hampir mirip dengan sikap simpati. Perbedaannya, sikap empati lebih menjiwai atau lebih terlihat secara emosional. Contoh empati adalah saat kita turut merasakan empati terhadap masyarakat Yogyakarta yang menjadi korban letusan Gunung Merapi.

f. Motivasi
Motivasi dalah dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan seseorang individu kepada individu yang lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh tanggung jawab. Contoh motivasi adalah guru yang memberikan motivasi kepada siswanya supaya siswanya semakin giat belajar.

Tindakan Sosial

 Hal terpenting dari interaksi sosial adalah konsep tindakan atau perilaku manusia. Addanya hubungan antar manusia melahirkan tindakan-tindakan yang akan menunjukkan variasi hubungan dengan proses berpikir, tujuan yang akan dicapai, dan cara bagaimana mencapai tujuan itu. Sebagai makhluk sosial, tindakan manusia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan sosial. Adanya pengaruh timbal balik itu dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga atau yang lebih luas lagi di masyarakat. Itulah sebabnya tindakan yang dilakukan oleh manusia disebut tindakan sosial.

Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan yang mempunyai makna, tindakan yang dilakukan dnegan memperhitungkan keberadaan orang lain atau tindakan individu yang dapat mempengaruhi individu lain dalam masyarakat. Hal itu perlu diperhatikan menginat tindakan sosial menjadi perwujudan dari hubungan atau interaksi sosial. Jadi, tindakan sosial adalah tindakan atau perilaku manusia yang mempunyai maksud subjektif bagi dirinya, untuk mencapai tujuan tertentu dan juga merupakan perwujudan dari pola pikir individu yang bersangkutan.

A. Tipe-tipe Tindakan Sosial

1. Tindakan Rasional Instrumental

Tindakan rasional instrumental merupakan tindakan yang dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan dan tujuan yang akan dicapai. Artinya, tindakan ini didasari oleh tujuan yang telah matang. Misalnya, ketika seseorang peserta didik akan mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi, memutuskan untuk memilih jurusan terteentu pada perguruan tinggi tersebut. Keputusan yang diambil peserta didik tersebut tenru dilakukan dengan berbagai pertimbangan, seperti kemungkinan untuk diterima dengan kemampuan yang dimilikinya, persaingan yang mengambil jurusan itu, juuga peminat pada perguruan tinggi tersebut. 

2. Tindakan Rasional Berorientasi Nilai

Tindakan rasional berorientasi nilai dilakukan dengan memperhitungkan manfaatnya, tetapi tujuan yang ingin dicapai tidak terlalu dipertimbangkan. Tinndakan seperti ini menyangkut kriteria baik dan benar menurut penilaian masyarakat. Tercapai atau tidaknya tujuan bukan persoalan dalam tindakan sosial tipe ini. Yang penting adalah kesesuaian dengan nilai-nilai dasar yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.

Contoh tindakan ini adalah pelaksanaan kegiatan solidaritas atau pembeian bantuan secara sukarela terhadap bencana alam. Tujuan akhir dari kegiatan tersebut pada umumnya tidak terlalu dipikirkan karena tolong-menolong merupakan nilai yang baik di mata masyarakat.

Tindakan rasionalitas berorientasi nilai dapat mengarahkan seseorang menghargai dan menghormati orang lain. Dalam tindakan ini diharapkan muncul sikat yang berorientasi kepadda kebersamaan dan penghargaan terhadap nilai-nilai yang dianut orang lain. Hal ini dapat memunculkan pemahaman bahwa manusia terlahir sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.

3. Tindakan Tradisional

Tindakan tradisional adalah tindakan yang dilakukan semata-mata mengikuti tradisi atau kebiasaan yang sudah baku. Seandainya kita bertanya kepada orang yang melakukan perbuatan tersebut pada umumnya mereka hanya akan menjawab sudah merupakan kebiasaan yang dilakukan dan diturunkan secara terus-menurus dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Contoh dari tindakan tersebut adalah kebiasaan mudik orang-orang yang merantau pada saat-saat tertentu (hari raya, natal atau tahun baru).

Tindakan tradisional yang memiliki nilai baik tetap harus dipertahankan, seperti mudik. Mudik adalah fenomena masyarakat untuk tetap menjalin silaturahmi dengan kaum kerabatnya sehingga orang tetap mengenal lingkungan budaya sendiri dan dapar berperan untuk tetap melestarikannya.

4. Tindakan Afektif

Tindakan afektif adalah tindakan yang sebagian besar dikuasai oleh perasaan ataupun emosi, tanpa pertimbangan yang matang. Tindakan ini muncul karena luapan emosi, seperti adanya cinta, amarah, gembira, atau sedih muncul begitu saja sebagai ungkapan langsung terhadap keadaan tertentu. Itulah sebabnya tindakan sosial ini lebih berupa reaksi spontan. Tindakan ini sering muncul sebagai ungkapan yang memunculkan perasaan gembira, sedih, emosional, dan sebagainya. 

Misalnya, ungkapan kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya dengan memeluk atau menciumnya.