Sekolah Dasar

Di halaman ini kamu akan mendapatkan banyak materi Sekolah Dasar

Sekolah Menengah Pertama

Di halaman ini kamu akan mendapatkan banyak materi Sekolah Menengah Pertama

Sekolah Menengah Atas

Di halaman ini kamu akan mendapatkan banyak materi Sekolah Menengah Atas

Materi Umum

Di halaman ini kamu akan mendapatkan banyak Pengetahuan Umum

Kelas Online

Jika kamu membutuhkan bimbingan untuk belajar online, kamu bisa gabung di kelas online.

Kamis, 12 Juni 2025

Sosialisasi dan Keteraturan Sosial

A. Sosialisasi

Dalam lingkungan masyarakat, individu dituntut untuk menyesuaikan diri. Proses penyesuaian diri dilakukan agar kita berperilaku sesuai harapan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan pengenalan nilai dan norma sosial melalui proses sosialisasi.

Sosialisasi berlangsung melalui interaksi sosial antar manusia. Manusia mempelajari sesuatu dari orang-orang yang terpenting dalam hidupnya, seperti anggota keluarga, teman baik, dan para guru. Namun demikian manusia juga orang-orang yang ditemui di jalan, televisi, dalam film, majalah atau internet.

Hal-hal yang disosialisasikan dalam proses sosialisasi adalah pengetahuan, nilai, norma serta keterampilan hidup. Pengetahuan disosialisasikan melalui proses pendidikan dan pengajaran, keterampilan disosialisasikan melalui proses pelatihan. Pada akhirnya nilai dan norma sosial diinternalisasikan oleh orang yang terlibat dalam sosialisasi. Proses internalisasi adalah proses mempelajari atau menerima nilai dan norma sosial sepenuhnya sehingga menjadi bagian dari sistem nilai dan norma yang dianutnya.

1. Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi merupakan proses sosial yang dialami seseorang atau kelompok untuk belajar mengenali serta menghayati pola perilaku, sistem nilai, dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan sosialisasi, individu dapat berkembang menjadi pribadi yang diterima masyarakat.

Menurut G. Herbert Mead, pembentukan diri seseorang berlangsung melalui pengambilan peran (role taking). Ketika lahir manusia belum mempunyai (self) diri manusia berkembang tahap demi tahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain. Setiap anggota baru harus mempelajari peran-peran dalam masyarakatnya. Dalam proses ini seseorang belajar mengenai peran apa yang dijalaninya dan apa yang dijalankan orang lain. Setiap individu mengalami sosialisasi sesuai tahapannnya. Adapun tahapan sosialisasi sebagai berikut.

a. Tahap Persiapan (Preparatory Stage)

Tahap persiapan merupakan tahap pemahaman tentang diri sendiri. Pada tahap ini anak mulai melakukan tindakan meniru meskipun belum sempurna.

b. Tahap Meniru (Play Stage)

Play stage merupakan tahap anak dapat meniru perilaku orang dewasa secara lebih sempurna. Pada tagap ini anak sudah menyadari keberadaan dirinya dan orang-orang terdekat serta mampu memahami suatu peran.

c. Tahap Siap Bertindak (Game Stage)

Pada tahap ini anak mulai memahami perannya dalam keluarga dan masyarakat. Anak juga mulai menyadari peraturan yang berlaku.

d. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Other)

Pada tahap ini anak sudah mencapai proses pendewasaan dan mengetahui kehidupan bermasyarakat dengan jelas. Anak juga mampu memahami perannya dalam masyarakat.

2. Tujuan Sosialisasi

Tujuan sosialisasi sebagai berikut:

  • Menciptakan integrasi masyarakat
  • Mencegah terjadinya perilaku menyimpang
  • Mewariskan nilai dan norma kepada generasi penerus
  • Membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar
  • Memberikan pengetahuan yang berhubungan dengan nilai dan norma sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Bentuk Sosialisasi

Sosialisasi terbagi dalam beberapa bentuk sebagai berikut:
  • Sosialisasi langsung merupakan tahap sosialisasi yang dilakukan secara face to face tanpa menggunakan media perantara atau alat komunikasi. Melalui sosialisasi ini, subjek sosialisasi dapat menilai keberhasilan pesan yang disampaikan melalui sikap, mimik muka, dan argumentasi yang disampaikan.
  • Sosialisasi tidak langsung merupakan sosialisasi yang dilakukan menggunakan media atau perantara komunikasi. Subjek dan objek sosialisasi tidak berada dalam konteks ruang dan waktu yang sama.
  • Sosialisasi primer merupakan tahap sosialisasi pertama yang diterima individu di lingkungan keluarga.
  • Sosialisasi sekunder merupakan bentuk sosialisasi yang terjadi di lingkungan sekolah, lingkungan bermain, lingkungan kerja, dan interaksi melalui media massa.
  • Sosialisasi represif merupakan bentuk sosialisasi yang bertujuan mencegah terjadinya perilaku menyimpang. Sosialisasi represif berkaitan dengan pemberian hadiah (reward) dan hukuman (punishment). 
  • Sosialisasi partisipatoris merupakan bentuk sosialisasi yang dilakukan dengan mengutamakan peran aktif objek sosialisasi dalam proses internalisasi nilai dan norma.
  • Sosialisasi secara formal merupakan bentuk sosialisasi melalui lembaga-lembaga formal seperti sekolah dan kepolisian.
  • Sosialisasi secara nonformal merupakan bentuk sosialisasi melalui lembaga nonformal seperti masyarakat dan kelompok bermain.

4. Faktor-faktor Pembentuk Kepribadian

Kepribadian seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan dan sosialisasi yang dilakukan individu. Berikut faktor-faktor pembentuk kepribadian seseorang. 
  • Faktor kebudayaan yaitu faktor pembentuk kepribadian yang dipengaruhi lingkungan budaya.
  • Faktor biologis yaitu faktor pembentuk kepribadian yang diperoleh dari gen keturunan orang tua.
  • Faktor geografis yaitu faktor pembentuk kepribadian yang dipengaruhi oleh lingkungan alam.
  • Faktor prenatal yaitu faktor yang berkaitan dengan pemberian rangsangan atau stimulus ketika anak masih dalam kandungan.
  • Faktor pengalaman yaitu faktor pembentuk kepribadian yang berhubungan dengan pengalaman hidup.
  • Faktor kelompok yaitu kepribadian seseorang yang terbentuk karena pengaruh lingkungan kelompok sosial

5. Berbagai Bentuk Media atau Agen Sosialisasi

Sosialisasi dalam masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa media berikut.

a. Keluarga

Keluarga merupakan kelompok primer yang memiliki intensitas tinggi untuk mengawasi perilaku anggota keluarga. Sosialisasi dalam keluarga bertujuan membentuk ciri khas kepribadian anak.

b. Sekolah

Sosialisasi di lingkungan sekolah berperan sebagai sosialisasi sekunder dan memiliki cakupan lebih luas. Sosialisasi di sekolah bertujuan menanamkan nilai kedisiplinan yang lebih tinggi dan mutlak serta berorientasi mempersiapkan peran peserta didik pada masa mendatang.

c. Kelompok Sepermainan (Peer Group)

Proses sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan antarteman, baik teman sebaya maupun teman tidak sebaya. Hubungan sosialisasi yang terjalin dalam kelompok bermain bersifat ekualitas (sederajat).

d. Lingkungan Kerja

Sosialisasi dalam lingkungan kerja diutamakan untuk mencapai kesuksesan dan keunggulan hasil kerja. Adaptasi dalam proses sosialisasi di lingkungan kerja dilakukan berdasarkan tuntutan sistem dan intensitas sosialisasi tertinggi dilakukan antarkolega.

e. Media Massa

Penyampaian pesan dalam sosialisasi melalui media massa lebih bersifat umum, selalu mengikuti segala bentuk perkembangan da nperubahan sosial, serta berperan penting menyampaikan nilai dan norma untuk menghadapi masyarakat yaang heterogen.

6. Pola Sosialisasi

Gertrude Jaeger (Sunarto, 2008) membagi sosialisasi ke dalam dua pola.
  • Sosialisasi represif. Menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan, komunikasi satu arah, kepatuhan penuh anak-anak kepada orang tua. Peran orang tua sangat dominan.
  • Sosialisasi partisipatif, yaitu sosialisasi yang lebih mengutamakan penggunaan motivasi, persuasi, komunikasi timbal balik dan penghargaan terhadap otonomi anak. Orang tua merupakan partnet sharing tanggung jawab dalam proses tersebut. Merupakan pola anak diberi imbalan ketika berperilaku baik.

B. Keteraturan Sosial

Tujuan interaksi sosial adalah mewujudkan keteraturan sosial. Keteraturan sosial menunjukkan masyarakat melakukan interaksi sosial secara tertib dan teratur sesuai nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Wujud keteraturan sosial dapat dilihat dalam kehidupan masyarakat yang aman, tertib, saling menghormati, dan mengedepankan gotong-royong. Keteraturan sosial dalam masyarakat dapat terbentuk melalui unsur-unsur berikut.
  1. Tertib sosial, artinya kondisi kehidupan suatu masyarakat yang aman, dinamis, dan teratur karena setiap individu bertindak sesuai nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai contoh, tertib sosial dalam masyarakat dapat dilihat ketika kita mengamati pengendara sepeda motor di jalan raya. Pengguna jalan raya yang memahami norma yang berlaku akan menaati aturan lalu lintas. Sementara itu, pengguna jalan yang tidak memahami norma sosial akan melanggar aturan lalu lintas.
  2. Order, artinya sistem norma dan nilai sosial yang berkembang, diakui, dan dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat. Order dapat tercapai apabila terdapat tertib sosial dan setiap individu melaksanakan hak serta kewajibannya. Contoh order adalah adat istiadat yang dijadikan pedoman dalam kehidupan masyarakat.
  3. Keajekan, artinya suatu kondisi keteraturan sosial yang berlangsung tetap dan berkelanjutan sebagai hasil hubungan antara tindakan, nilai, dan norma sosial yang berlangsung secara terus-menerus. Keajekan bisa terwujud jika setiap individu telah melaksanakan hak dan kewajiban sesuai sistem norma dan nilai sosial yang berkembang dalam lingkungan tertentu. Misalnya, setiap pagi peserta didik datang ke sekolah.
  4. Pola, artinya corak hubugan yang tepat dan ajek dalam interaksi sosial yang dijadikan model baagi semua anggota masyarakat atau kelompok. Pola lebih menekankan aspek kebiasaan yang tetap terpelihara dan teruji dalam berbagai situasi. Contoh pola adalah musyawarah yang dijadikan masyarakat sebagai cara menyelesaikan masalah karena teruji dapat menyelesaikan berbagai persoalan.
Berikut syarat-syarat terwujudnya keteraturan sosial dalam masyarakat.
  • Terdapat norma sosial sesuai kebutuhan serta peradaban manusia.
  • Terdapat kesadaran warga tentang pentingnya keteraturan masyarakat
  • Terdapat aparat penegak hukum yang konsistem dalam menjalani tugas, fungsi, dan wewenangnya dalam upaya mewujudkan keteraturan sosial.

Rabu, 11 Juni 2025

Nilai Sosial dan Norma Sosial

Aturan-aturan dalam masyarakat memegang peranan penting untuk menciptakan keteraturan sosial. Aturan pokok tersebut diciptakan dan ditetapkan berdasarkan nilai sosial. Nilai sosial merupakan sesuatu yang dianggap baik dan pantas bagi masyarakat setempat. Aturan-aaturan dalam masyarakat meliputi perbuatan yang dilarang dan dianjurkan. Aturan dalam masyarakat terwujud dalam bentuk norma sosial.

A. Nilai Sosial

Nilai sosial didefinisikan sebagai konsep abstrak tentang prinsip standar atau patokan yang baik, diita-citakan, penting, dan berguna bagi kehidupan manusia. Menurut Robert M.Z. Lawang (1995), nilai sosial adalah gambaran mengenai hal-hal yang pantas dan berharga atau diinginkan. Hal-hal yang diinginkan oleh seseorang dapat memengaruhi perilaku sosial orang tersebut. Nilai sosial berperan mengarahkan perilaku seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

1. Ciri-ciri Nilai Sosial

Meskipun nilai sosial tidak dapat dilihat secara langsung, nilai sosial dapat dimengerti melalui ciri-ciri yang tampak. Adapun ciri-ciri nilai sosial sebagai berikut.

a) Merupakan Hasil Interaksi Anggota Masyarakat

Masyarakat merupakan sekumpulan individu yang berada dalam suatu wilayah. Individu-individu tersebut memiliki kebutuhan yang tidak dapat mereka penuhi sendiri. Oleh karena itu, muncul interaksi sosial dalam masyarakat. Lambat laun interaksi sosial menghasilkan nilai dalam masyarakat tersebut.

b) Terbentuk Melalui Proses Belajar

Nilai sosial merupakan hasil belajar seseorang dengan keluarga, orang lain, dan lingkungan . Interaksi yang terus-menerus terjadi menyebabkan seseorang mempelajari mengenai suatu nilai yang ada dalam masyarakat. Nilai yang sesuai dengan dirinya akan diinternalisasi, sebaliknya nilai yang tidak sesuai akan ditolak. 

c) Berbeda Pengaruhnya pada Masyarakat

Masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai perbedaan secara horizontal dan vertikal. Perbedaan ini turut memberi pengaruh pada keberadaan suatu nilai. Sebagai contoh, bagi kelompok seniman, nilai estetika sangat mereka junjung, sementara bagi masyarakat lain nilai estetika/keindahan tidak begitu diperhatikan.

d) Memiliki Pengaruh Positif Sekaligus Negatif

Suatu nilai dapat memberi pengaruh yang berbeda pada kepribadian seseorang. Seseorang yang memiliki nilai ekonomi akan berusaha mencukupi kebutuhannya dengan bekerja keras. Di sisi lain, nilai ekonomi tersebut dapat menjadikandirinya egois dan mementingkan dirinya sendiri dengan berusaha mendapatkan untuk sebesar-besarnya.

e) Berisi Anggapan Masyarakat Secara Umum

Pada dasarnya nilai yang bersifat abstrak berisi anggapat masyarakat secara umum. Masyarakat sudah pasti ssepakat bahwa bersikap sopan kepada orang lain merupakan nilai yang patut dijunjung tinggi. Akan tetapi, ukuran bersikap sopan tersebut masih bisa diperdebatkan atau berbeda pada masyarakat satu dengan masyarakat lain.

f) Keberadaan Nilai Saling Berkaitan

Nilai yang ada dalam masyarakat saling berkaitan sehingga membentuk pola dan sistem sosial. Sebagai conroh, nilai vital, nilai materiil, dan nilai kerohanian dapat membentuk suatu sistem sosial dalam masyarakat.

2. Jenis-jenis Nilai Sosial

Nilai sosial memuat nilai-nilai kolektif yang dianut oleh sebagian besar masyarakat. Nilai sosial dibagi menjadi tiga sebagai berikut:

  • Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan aktivitas atau kegiatan dalam hidupnya. Sesuatu dapat bernilai dilihat dari daya gunanya.
  • Nilai materiil yaitu segala sesuatu yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan fisik/jasmani manusia.
  • Nilai rohani yaitu segala sesuatu yang brguna bagi pemenuhan kebutuhan rohani. Nilai rohani dibagi menjadi empat yaitu nilai kebenaran/empiris, nilai keindahan, nilai moral, dan nilai religius.
Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial diebdakan menjadi tiga sebagai berikut.
  • Nilai instrumental merupakan nilai yang bersifat dinamis sehingga sangat fleksibel terhadap hukum. Nilai instrumental biasanya terdapat dalam kelompok primer yang anggotanya saling memiliki rasa empati, misalnya keluarga.
  • Nilai dominan merupakan nilai yang diutamakan dan dianggap lebih penting daripada nilainya.
  • Nilai yang mendarah daging merupakan nilai yang membentuk kepribadian seseorang sehingga pelaksanaannya tidak membutuhkan banyak pertimbangan.
Berdasarkan fungsinya, nilai sosial dikelompokkan sebagai berikut:
  • Nilai integratif merupakan nilai yang memberikan tuntutan atau mengarahkan seseorang/kelompok dalam usaha mencapai cita-cita bersama. 
  • Nilai disintegratif merupakan nilai yang hanya berlaku untuk sekelompok orang di wilayah tertentu.

3. Fungsi Nilai Sosial

Nilai-nilai sosial memiliki beberapa fungsi sebagai berikut.
  • Sebagai alat solidaritas masyarakat
  • Membentuk sikap mandiri dan tanggung jawwab
  • Sebagai pengawas, pembatas, dan pendorong perilaku indiidu dalam masyarakat.
  • Memotivasi manusia gar berperialku sesuai peran guna mencapai suatu tujuan.
  • Sebagai alat menentukan harga dan kelas sosial dalam stratifikasi sosial.
  • Mengarahkan masyarakat untuk berpikir dan berperilaku sesuai nilai-nilai sosial agar tercipta integrasi dan keterlibatan sosial.

B. Norma Sosial

Norma sosial berisi larangan ddan perintah yang digunakan sebagai petunjuk hidup bermasyarakat. Pelanggaran terhadap norma akan dikenai sanksi. 

1) Proses Pembentukan Norma Sosial

Norma sosial tumbuh melalui proses dalam masyarakat berdasarkan nilai yang dianut oleh masyarakat tersebut. Nilai ini dapat berbeda penerapannya pada masyarakat satu dengan masyarakat lain. Perbedaan ini terjadi karena situasi dan kondisi dari masyarakat yang berbeda pula. Selain itu, perbedaan kepentingan dalam masyarakat membutuhkan aturan yang nyata, tidak sekadar nilai yang bisa saja berbeda antarmasyarakat. Oleh karena itu, muncul norma yang memiliki sanksi jelas agar nilai yang massih abstrak tersebut dapat ditaati oleh masyarakat demi mencapai keteraturan sosial.

2) Ciri-ciri Norma Sosial

Norma sosial tidak dapat dipisahkan dari norma sosial. Meskipun demikian, norma sosial dapat dikenali melalui ciri-ciri yang dapat diamati. Adapun ciri-ciri norma sosial sebagai berikut:

a) Merupakan Hasil Kesepakatan Bersama

Suatu norma sudah tentu telah disepakati oleh masyarakat. Kesepakatan tersebut dapat berupa norma yang tertulis dan tidak tertulis. Sebagai hasil kesepatakan mereka sendiri, norma tersebut harus ditaati oleh masyarakat.

b) Memiliki Sanksi

Perbedaan yang khas dari nilai dan norma terletak pada ssanksinya. Apabila pada nilai ssanksi tidak ada, sanksi pada norma ada dengan kadar setiap norma berbeda. Norma yang memiliki sanksi paling lemah adalah norma cara (usage) dan norma yang paling kuat sansinya adalah norma hukum (laws).

c) Berupa Norma Tertulis dan Tidak Tertulis

Norma yang telah disepakati oleh masyarakat berupa norma tertulis dan tidak tertulis. Norma tertulis bersifat resmi seperti norma hukum. Sementara itu, norma tidak tertulis bersifat tidak resmi seperti norma kebiasaan dan kesopanan. 

d) Bersifat Dinamis

Normas sosial bersifat dinamis menyesuaikan dengan dinamika masyarakat. Dengan kata lain, norma sosial dapat berubah-ubah karena adanya perubahan dalam masyarakat. Terjadinya perubahan baik yang disaddari maupun tidak disadari akan menyebabkan perubahan norma dalam masyarakat.

3) Jenis-jenis Norma Sosial

Berdasarkan jenisnya, norma sosial dibagi menjadi dua sebagai berikut.
a) Berdasarkan Daya Ikatnya
  • Tata kelakuan (mores) merupakan sekumpulan perbuatan mengenai anjuran dan larangan dalam kehidupan bermasyarakat.
  • Cara (usage) merupakan suatu bentuk perilaku atau tindakan yang dilakukan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
  • Kebiasaan (folkways) merupakan perbuatan berulang-ulang yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan jelas.
  • Hukum (laws) merupakan sekumpulan aturan tertulis dalam masyarakat yang berisi ketentuan0ketentuan, perintah, dan larangan untuk menciptakan keteraturan.
  • Adat istiadat (customs) merupakan tata kelakuan yang terintegrasi secara kuar dengan pola-pola masyarakat.
b) Berdasarkan Sanksinya
  • Norma kesusilaan merupakan peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang menghasilkan akhlak/moral.
  • Norma kesopanan merupakan peraturan sosial yang bersumber pada pola perilaku individu sebagai hasil interaksi sosial dalam masyarakat.
  • Norma agama merupakan ketentuan-ketentuan yang bersumber pada agama, bersifat mutlak, dan keberadaannya tidak dapat ditawar.
  • Norma hukum merupakan ketentuan-ketentuan dalam kehidupan sosial yang bersumber dari undang-undang. Pelanggar norma ini akan mendapat sanksi tegas berupa pidana atau perdata.

4) Fungsi Norma Sosial

Fungsi norma ssosial dalam masyarakat sebagai berikut.
  • Sebagai sistem kontrol dalam masyarakat
  • Sebagai alat menertibkan dan menstabilkan kehidupan sosial
  • Sebagai pedoman/aturan perilaku seseorang dalam hidup bermasyarakat.

5) Manfaat Menjalankan Norma Sosial

Norma harus ditaati dan dijalankan oleh seluruh anggota masyarakat. Dengan menaati norma, masyarakat dapat merasakan manfaat menjalankan norma. Adapun manfaat menjalankan norma dalam masyarakat sebagai berikut.

a) Kebudayaan Masyarakat Terjaga

Mematuhi norma dalam masyarakat berarti menjaga kelestarian budaya masyarakat. Sebuah kebudayaan akan terus bertahan selama masyarakat pendukungnya masih mempraktikannya dalam kehidupan. Kepatuhan terhadap norma dalam masyarakat merupakan wujud dukungan masyakat terhadap kebudayaan sehingga tetap lestari. 

b) Integrasi Sosial Tercapai

Integrasi sosial merupakan proses penyatuan berbagai unsur dalam kehidupan masyarakat. Norma menyatukan segala bentuk perbedaan yang ada dalam kehidupan masyarakat. Norma dapat menyatukann perbedaan pola pikir, tindakan, dan hubungan sosial antaranggota masyarakat di tiap-tiap daerah. Dengan demikian, masyarakat di tiap-tiap daerah akan terhindar dari perpecahan.

c) Perilaku Individu Dapat Dikendalikan 

Norma mengendalikan perilaku individu agar tidak melakukan penyimpangan sosial. Melalui norma, seseorang dapat mengetahui perbuatan-perbuatan yang dianggap benar dan salah. Patokan benar dan salah serta baik dan buruk menjadi kontrol setiap individu untuk berperilaku agar tidak menyimpang dari norma. 

d) Keteraturaan Sosial Terwujud

Keteraturan sosial dalam masyarakat akan terwujud apabila terdapat norma dalam masyarakat. Kepatuhan atau ketaatan terhadap norma akan mendorong terwujudnya keadaan tertib dan teratur. Keadaan tertib dan teratur merupakan modal utamaa terciptanya keteraturan sosial.

e) Orang yang Lemah Dapat Terlindungi

Masyarakat terdiri atas beberapa komponen yang saling melengkapi. Oleh karena karakteristik peran dan kemampuan setiap orang berbeda-beda, akibatnya terdapat beberapa kelompok yang memiliki kekuatan dan kelemahaan. Salah satu manfaat norma adalah melindungi masyarakat lemah dari ketidaknyamanan dan kesewenangan para pemimpin atau kelompok-kelompok yang memiliki kekuatan.

Selasa, 10 Juni 2025

Interaksi Sosial

1. Interaksi Sosial dan Proses Sosial

a. Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antara perorangan, antara kelompok dan kelompok manusia, atau antara perorangan dengan kelompok manusia (Soekanto dan Sulistyowati, 2014:56). Interaksi sosial sangat berguna untuk mempelajari banyak masalah dalam masyarakat. Interaksi sosial menyebabkan individu/kelompok saling memengaruhi satu sama lain sepanjang hidupnya.

1) Syarat Interaksi Sosial

Syarat terjadinya interaksi sosial yaitu adanya kontak sosial (social contact) dan komunikasi (communication).

a) Kontak Sosial

Secara harfiah, kontak sosial berartti terjadi hubungan secara fisik. Akan tetapi,s ebagai gejala sosial kontak dapat terjadi baik secara langsung (primer) maupun tidak langsung (sekunder). Terjadinya kontak sosial tidak hanya bergantung dari tindakan seseorang, tetapi juga berdasarkan tanggapan (respons) seseorang terhadap tindakan tersebut. Misalnya, ketika seseorang melambaikan tangan maka respons dari pihak lain yaitu membalas dengan lambaian tangan.
Selain primer dan sekunder, kontak sosial dapat bersifat positif dan negatif. Suatu kontak sosial dikatakan positif apabila mengarah pada kesepakatan atau kerja sama. Adapun kontak sosial dikatakan negatif apabila mengarah pada pertentangan.

b) Komunikasi

Arti terpenting komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran terhadap perilaku/informasi/berita kepada orang lain. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perilaku/informasi/berita tersebut. Beberapa komponen dalam proses komunikasi sebagai berikut.
  • Sumber informasi/pengirim pesan (komunikator)
  • Informasi/pesan yang disampaikan (stimulus)
  • Saluran/media
  • Penerima informasi (komunikan)
  • Respons atau tanggapan dari penerima informasi.
Apabila dalam interaksi sosial salah satu komponen tersebut tidak terpenuhi dapat terjadi kegagalan dalam proses interaksi.

c) Ciri Interaksi Sosial

Ciri-ciri interaksi sosial menurut Charles P. Loomis sebagai berikut (Setiadi dan Kolip, 2011: 65-66).
  • Terdapat komunikasi menggunakan simbol-simbol atau lambang
  • Jumlah pelaku dua orang atau lebih
  • Terdapat tujuan yang akan dicapai
  • Terdapat dimensi waktu meliputi masa lalu, masa kini, dan masa depan.

d) Faktor-faktor yang Memengaruhi Interaksi Sosial

Interaksi sosial dalam masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut.
  • Simpati merupakan suatu proses ketika seseorang tertarik kepada pihak lain terkait perilaku atau penampilannya.
  • Empati merupakan kemampuan merasakan keadaan orang lain dan ikut merasakan situasi yang dialami atau dirasakan orang lain.
  • Imitasi merupakan proses meniru sikap, tindakan, tingkah laku, atau penampilan fisik orang lain di lingkungan sekitarnya secara berlebihan.
  • Sugesti merupakan proses menerima sikap, pandangan, dan pendapat orang lain tanpa dipikir ulang. Kondisi tersebut dapat terjadi karena pandangan/pendapat berasal dari orang yang berwibawa, memiliki kekuasaan, dan diakui oleh masyarakat.
  • Motivasi merupakan dorongan, baik dari dalam diri seseorang maupun orang lain melakukan tindakan.
  • Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang menjadi sama (identik) dengan pihak lain. Proses identifikasi bersifat lebih mendalam daripada imitasi. Dalam proses identifikasi tidak hanya perilaku dan penampilan luar yang ditiru. Akan tetapi, kerpribadian serta sifat-sifat orang lain juga ditiru sebagai pedoman bertindak dalam kehidupan sehari-hari.

e) Jenis-jenis Interaksi Sosial

Interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat heterogen dapat menyebabkan timbulnya beberapa jenis interaksi sosial. Adapun jenis interaksi sosial tersebut meliputi interaksi antara individu dan individu, individu dan kelompok atau sebaliknya, serta kelompok dan kelompok.
  • Interaksi antara individu dan individu berarti individu menyampaikan informasi kepada individu lain. Dengan demikian, subjek dan objek interaksi sosial adalah individu.
  • Interaksi antara individu dan kelompok berarti individu berperan sebagai subjek/komunikator dan kelompok berperan sebagai objek (komunikan).
  • Interaksi antara kelompok dan individu berarti kelompok berperan sebagai subjek dan kelompok lain berperan sebagai objek.
  • Interaksi antara kelompok dan kelompok berarti kelompok berperan sebagai subjek dan kelompok lain berperan sebagai objek.

b. Proses Sosial

Hubungan sosial secara timbal balik dan transaksional mendukung terjadinya proses sosial. Proses sosial merupakan kegiatan itneraksi sosial yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Proses sosial secara garis besar dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu proses sosial asosiatif dan proses sosial disosiatif.

1) Proses Sosial Asosiatif

Proses sosial asosiatif mengarah pada persatuan dan dapat meningkatkna solidaritas sosial antara individu/kelompok. Proses sosial asosiatif dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a) Akulturasi

Akulturasi merupakan proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan asing menjadi bagian kebudayaan suatu kelompok tanpa menghilangkan kepribadian ataupun ciri khas kebudayaan asli.

b) Asimilasi

Asimilasi merupakan proses peleburan dua kebudayaan atau lebih yang berbeda menjadi satu kebudayaan baru. Proses asimilasi mengarah pada hilangnya perbedaan di antara kebudayaan yang berbeda.

c) Amaigamasi

Amaigamasi yaitu meleburnya dua kelompok budaya mejadi satu sehingga melahirkan kelompok budaya baru. Amaigamasi mempertegas hilangnya perbedaan-perbedaan. Proses amaigamasi biasanya dilakukan melalui pernikahan campuran.

d) Kerja Sama (Cooperation)

Kerja sama yaitu suatu usaha bersama antara perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Bentuk-bentuk kerja sama sebagai berikut (Soekanto, 2002:60).
  • Koalisi (coalition) yaitu kerja sama dua organisasi politik atau lebih untuk mencapai tujuan yang sama dengan bergabung menjadi satu. Jika kerja sama dilakukan atas dasar bagi hasil disebut patungan (joint venture).
  • Tawar-menawar (bargaining) yaitu bentuk perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua pihak atau lebih.
  • Kooptasi (cooptation) yaitu bentuk kerja sama yang dilakukan dengan cara menyepakati pimpinan yang ditunjuk mengendalikan jalannya organisasi/kelompok.

e) Akomodasi

Akomodasi yaitu interaksi sosial antara individu dan kelompok dalam upaya menyelesaikan suatu konflik/pertentangan. Bentuk-bentuk akomodasi sebagai berikut. 
  • Toleransi yaitu suatu sikap menghargai perbedaan dalam masyarakat.
  • Arbitrase (arbitration) yaitu upaya penyelesaian sengketa dengan bantuan pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak yang bersengketa. Pihak ketiga dalam arbitrasi adalah majelis arbitrase.
  • Mediasi (mediation) yaitu proses pengikutsertaan pihak ketiga sebagai penasihat bersifat netral dalam penyelesaian suatu perselisihan.
  • Ajudikasi (adjudication) yaitu suatu usaha penyelesaian konflik/perselisihan melalui pengadilan (meja hijau).
  • Stalemate yaitu keadaan yang ditandai adanya kekuatan seimbang dari kedua pihak yang bertikai sehingga pertikaian terhenti pada titik tertentu.
  • Koersi (coercion) yaitu bentuk akomodasi yang dilaksanakan menggunakan tekanan (pemaksaan) sehingga salah satu pihak berada dalam keadaan lebih lemah dibandingkan pihak lawan.
  • Kompromi (compromise) yaitu perundingan secara damai antara kedua belah pihak yang bertikai untuk saling mengurangi tuntutan.
  • Konsiliasi (consiliation) yaitu usaha mempertemukan pihak-pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan melalui lembaga sosial sebagai usaha menyelesaikan perselisihan tersebut. 

2) Proses Sosial Disosiatif

Proses sosial disosiatif merupakan interaksi sosial yang dapat menyebabkan perpecahan. Bentuk proses sosial disosiatif sebaagai berikut.

a) Pertentangan (Pertikaian/Konflik)

Pertentangan adalah suatu proses ketika seseorang/kelompok dengan sadar atau tidak sadar menentang pihak lain disertai ancaman atau kekerasan untuk mendapatkan keinginan/tujuan tertentu.

b) Kontravensi

Kontravensi adalah upaya menghalangi dan menggagalkan tercapainya tujuan pihak lain. Bentuk-bentuk kontravvensi berupa gangguan, fitnah, provokasi, dan intimidasi.

c) Persaingan/Kompetisi

Persaingan/kompetisi adalah suatu proses sosial yang dilakukan invididu/kelompok untuk memperoleh kemenangan secara kompetitif tanpa menimbulkan bentrok atau kekerasan fisik.

Baca juga!
3. Sosialisasi dan Keteraturan Sosial
4. Penyimpangan dan Pengendalian Sosial
5. Kelompok Sosial

Senin, 09 Juni 2025

Wujud Benda

A. Benda Padat (Solid)

Benda padat adalah benda (barang) yang wujudnya padat dan mempunyai bentuk tertentu. Suatu benda yang berbentuk padat atau solid yang mempunyai sifat struktur yang kuat, erat, dan kaku. Benda padat tidak mudah berubah bentuk dan volumenya. Sedangkan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), definisi benda padat adalah benda yang sangat penuh hingga tidak berongga, penuh sesak, arapt serta mempunyai isi dan bentuk yang tetap. Definisi zat padat adalah materi yang memiliki bentuk dan volume (ruang yang ditempati zat padat, cair, atau gas) tertentu. Terdapat dua cara utama partikel-partikel zat padat bisa tersusun yakni dalam baris-baris teratur yang rapi atau dalam susunan yang tidak menentu. 

Contoh benda padat :

  1. Buku
  2. Batu
  3. Es

B. Benda Cair (Liquid)

Benda cair adalah zat yang memiliki volume tetap, tetapi bentuknya dapat berubah, seperti air atau minyak.

C. Benda Gas

Benda gas adalah zat yang tidak memiliki bentuk atau volume tetap, seperti udara atau uap.

Jumat, 07 Maret 2025

Kenapa Durasi Puasa di Beberapa Negara Berbeda-beda?

Tahukah kamu bahwa durasi puasa berbeda-beda antara satu negara dan negara lainnya? Kenapa hal tersebut dapat terjadi? Begini penjelasannya.

1. Perbedaan Waktu Matahari

Waktu puasa ditentukan berdasarkan waktu matahari terbit dan terbenam di setiap lokasi. Karena Bumi berbentuk bulat, waktu matahari terbit dan terbenam berbeda-beda di setiap lokasi. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi waktu matahari adalah sebagai berikut.

1. Garis Bujur

Garis bujur adalah garis khayal yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan Bumi. Perbedaan garis bujur menyebabkan perbedaan waktu matahari. Semakin jauh ke timur, semakin cepat waktu matahari.

2. Garis Lintang

Garis lintang adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang memiliki lintang yang sama. Perbedaan garis lintang menyebabkan perbedaan waktu matahari. Semakin jauh ke utara atau selatan, semakin lambat waktu matahari.

3. Musim

Perbedaan musim juga memengaruhi waktu matahari. Pada musim panas, waktu matahari lebih cepat daripada pada musim dingin.

2. Perbedaan Zona Waktu

Negara-negara di dunia dibagi menjadi beberapa zona waktu berdasarkan garis bujur. Perbedaan zona waktu menyebabkan perbedaan waktu puasa.

3. Perbedaan Metode Penghitungan

Ada beberapa metode penghitungan waktu puasa, seperti metode astronomi, metode hisab, dan metode rukyat. Perbedaan metode penghitungan dapat menyebabkan perbedaan waktu puasa. 

4. Perbedaan Tradisi dan Kebudayaan

Waktu puasa juga dapat dipengaruhi oleh tradisi dan kebudayaan setempat. Misalnya, di beberapa negara, waktu puasa dimulai sebelum matahari terbit atau setelah matahari terbenam. 


Minggu, 09 Februari 2025

Gejala Sosial

Gejala sosial merupakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di antara dan oleh manusia, baik secara individu maupun kelompok masyarakat. Gejala sosial yang muncul mencakup gejala ekonomi, budaya, politik, dan moral. Gejala sosial ini muncul akibat adanya hubungan sosial antarmanusia. Di satu sisi, hubungan sosial yang terjalin antarmanusia dapat menciptakan kestabilan, tetapi di sisi lain, dapat juga menimbulkan masalah atau penyimpangan. 

1. Hakikat Gejala Sosial

Gejala sosial adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di antara dan oleh manusia, baik secara individu maupun secara kelompok (Gulo, 2010). Suatu peristiwa atau proses disebut gejala sosial karena perilaku oleh individu yang terlibat di dalamnya saling terkait. Menurut Emile Durkheim, gejala sosial harus dipahami sebagai fakta objektif di luar subjek atau di luar diri individu.

Gejala sosial antara lain mencakup gejala ekonomi, politik, budaya, dan moral. Gejala ini berbeda dengan gejala alam. Gejala-gejala alam adalah peristiwa-peristiwa yang berlangsung di alam dan bukan karena perbuatan manusia secara langsung. Misalnya, gempa bumi, meletusnya gunung berapi, dan banjir. Sebaliknya, gejala sosial muncul akibat aktivitas manusia atau masyarakat. Aktivitas masyarakat mempunyai pengaruh yang lebih kuar dalam menentukan kegiatan individu daripada lingkungan geografis atau lingkungan teknis. Masyarakat melalui kegiatannya menentukan keyakinan, keinginan, dan motif perilaku dari anggota mereka. Contoh gejala sosial antara lain kemiskinan, kejahatan, eprang, kewirausahaan, dan persamaan gender. Setiap gejala sosial menjadi dampak sekaligus penyebab dari gejala sosial yang lain. Misalnya, keyakinan agama memengaruhi praktik ekonomi dan kepentingan ekonomi menentukan teori politik 

2. Karakteristik Gejala Sosial

Ada beberapa karakteristik gejala sosial. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah (a) sangat kompleks, (b) beranekaragam, (c) tidak bersifat universal, (d) bersifat dinamis, (e) tidak musah dimengerti, (f) kurang objektif, (g) bersifat kualitatif, dan (h) sulit diprediksi.

3. Bentuk, Jenis, dan Tingkatan Gejala Sosial

Terdapat beberapa bentuk, jenis, dan tingkatan gejala sosial.

a. Bentuk dan Jenis Gejala Sosial

Ada beberapa gejala sosial yang dapat ditemukan dalam masyarakat. Berbagai gejala sosial tersebut, menurut Guglielmo Carchedi dapat dikelompokkan dalam bentuk gejala sosial yang menentukan (the determinant social phenomenon) dan bentuk gejala sosial yang ditentuka (the determined social phenomenon). Gejala sosial yang menentukan merupakan bentuk gejala sosial yang mengondisikan keberadaan gejala sosial yang ditentukan.

Sementara itu, gejala sosial yang ditentukan merupakan gejala sosial yang menjadi kondisi repoduksi atau kondisi yang menggantikan gejala sosial yang menentukan. Misalnya, gejala sosial relasi kepemilikan menentukan gejala sosial akumulasi modal, adapun kapitalisme ditentukan oleh gejala sosial akumulasi modal.

Selain bentuknya, gejala sosial dapat dibedakan berdasarkan jenisnya. Gejala-gejala sosial menurut Pitirim A. Sorokin, dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu gejala sosial religius, gejala sosial ekonomi, gejala sosial politik, dan gejala sosial hukum. 

b. Tingkatan Gejala Sosial

Menurut Norman Blaikie, ada tiga tingkatan gejala sosial. Tingkatan ini bervariasi dalam skala dari individu dan kelompok sosial kecil, organisasi dan masyarakat, sampai lembaga sosial berskala besar, seperti kota, negara, dan badan-badan multinasional. Ketika tingkat gejala sosial itu adalah gejala sosial mikro, gejala sosial meso, dan gejala sosial makro.

Sabtu, 08 Februari 2025

Statistika - Ukuran Penyebaran Data

 


Statistika - Ukuran Pemusatan Data

 


1. Rata-rata (mean)

Data Tunggal 

Misalkan terdapat data 
maka, nilai rata-ratanya dapat dicari dengan 
Dimana :
xi    : data ke-i
n     : banyaknya data

Data Berkelompok

Dimana :
xi   : data ke-i
n    : banyaknya data
fi    : frekuensi kelas ke-i

2. Median (Nilai Tengah)

Data Berkelompok

Dimana :
Me    : Median
tb      : tepi bawah
fk      : frekuensi kumulatif kelas sebelumnya
fMe  : frekuensi kelas median
p       : panjang kelas

3. Modus (Nilai yang Paling Banyak Muncul)

Data Berkelompok

Mo    : modus
tb        : tepi bawah kelas modus
b1    : frekuensi kelas sebelum kelas modus
b2    : frekuensi kelas setelah kelas modus
p    : panjang kelas

4. Kuartil

Dimana :
Qi    : Kuartil ke-i
tb      : tepi bawah
fk      : frekuensi kumulatif kelas sebelumnya
fQi  : frekuensi kelas kuartil
p       : panjang kelas

5. Desil

Dimana :
Di    : Desil ke-i
tb      : tepi bawah
fk      : frekuensi kumulatif kelas sebelumnya
fDi  : frekuensi kelas desil
p       : panjang kelas

6. Persentil

Dimana :
Pi    : Persentil ke-i
tb      : tepi bawah
fk      : frekuensi kumulatif kelas sebelumnya
fPi  : frekuensi kelas persentil
p       : panjang kelas




Kamis, 06 Februari 2025

Bilangan Romawi

Sejarah Angka Romawi

Sebelum angka romawi dikenal, telah muncul angka-angka yang dikembangkan oleh penduduk Mesir pada 3000 tahun Sebelum Masehi dan juga bangsa Babylonia di kawasan Mesopotamia pada 1750 Sebelum Masehi. 

Angka Romasi sendiri digunakan pada masa romawi kuno yang berdiri abad ke-8 Sebelum Masehi. Tidak banyak literatur yang menyebutkan tentang asal muasal sejarah penemuan angka romawi. Namun diyakini angka romawi di adaptasi oleh angka yang telah digunakan bangsa Etruskan, yakni bangsa yang pertama kali tinggal di Kota Roma sebelum mereka dilenyapkan oleh orang-orang Romawi. 

Orang Etruskan menuliskan angka dengan simbol 𐌠, 𐌡, 𐌢, ⋔, 𐌚, dan ⊕ yang kemudian diubah menjadi simbol I, V, X, L, C, dan M pada angka romawi. 

Dalam beberapa hipotesis disebutkan bahwa penggunaan angka romawi didasarkan pada penggunaan ranting atau tongkat para penggembala kambing Italia untuk menghitung jumlah ternak gembalaan mereka. Ini cukup berdasar karena simbol-simbol yang muncul pada angka romawi merupakan simbol datar yang dapat dibentuk menggunakan tongkat secara vertikal atau horizontal. Misalnya untuk membentuk X mereka hanya perlu menyilangkan 2 tongkat begitupun dengan simbol-simbol angka lain. 

Namun, angka romawi memiliki kelemahan, diantaranya adalah tidak adanya angka nol yang menyulitkan untuk penjumlahan matematika. Kemudian sekitar tahun 800 angka hindu-Arab muncul dan berkembang dengan penggunaan simbol berbeda dan juga angka bilangan Nol.

Angka ini pun menggeser angka Romawi setelah beberapa abad di Eropa dan digunakan sebagai simbol atau angka yang digunakan dalam kehidupan masyarakat dunia sehari-hari, termasuk juga orang Indonesia yang mengenal dalam bentuk 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dst. 

Meskipun begitu, angka romawi masih tetap digunakan pada beragam bidang tertentu. Misalnya penyebutan nama keturunan raja, jam, bab buku, judul film, dll. 

Tabel Angka Romawi

Bilangan romawi adalah nomor-nomor yang berasal dari romawi kuno. Sistem penomoran ini menggunakan simbol-simbol untuk melambangkan angka numerik atau sebuah bilangan. 
Dalam penulisannya, angka romawi menggunakan 7 simbol, yakni, I, V, X, L, C, D, dan M. Simbol tidak diperolehkan diulang sebanyak 4 kali. 
romannumerals.site

Angka romawi sudah jarang digunakan pada angka-angka besar, selain penulisannya cukup sulit, sebagian besar masyarakat juga kurang paham cara pembacaan huruf ini sehingga proses transfer informasi akan menyulitkan. 

Namun, umumnya angka romawi masih digunakan pada angka-angka kecil, misalnya 1-10 atau angka belasan. 

Senin, 20 Januari 2025

Ciri-ciri Benda

A. Benda yang Dapat Dilihat
Benda yang dapat dilihat, contohnya bantal, bola, dan boneka. Benda-benda tersebut memiliki bentuk warna, dan ukuran yang berbeda.
Bantal dapat dilihat bentuk, ukuran, dan warnanya.

B. Benda yang Tidak Terlihat
Benda yang tidak terlihat, contohnya udara. Udara tidak memiliki bentuk, tetapi dapat dirasakan keberadaannya. 

Benda memiliki massa dan volume. Massa adalah banyaknya bahan penyusun suatu benda. Semakin besar massa, maka berat benda semakin besar. Sedangkan volume adalah banyaknya suatu benda menempati ruang.